Pendampingan UMKM tidak dapat dilepaskan dari karakteristik kegiatan perekonomian di Indonesia dan menjadi salah satu penyokong perekonomian negara. Tercatat bahwa UMKM memiliki kontribusi besar terhadap PDB yaitu 61,97% dari total PDB nasional atau setara dengan Rp. 8.500 triliun pada tahun 2020. UMKM menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar yaitu 97% dari daya serap dunia usaha pada tahun 2020.
Pentingnya Pendampingan UMKM dalam Peningkatan Daya Saing Produk
Peran UMKM juga dipermudah dalam proses pengurusan administrasi, di antaranya dengan Nomor Induk Berusaha (NIB), yang kemudian dapat dilanjutkan dengan registrasi Halal dan P-IRT yang juga relatif mudah. Dengan demikian, keberadaan UMKM sebenarnya sangat telah didukung oleh pemerintah. Ditambah lagi, peran kelompok-kelompok pengusaha juga sangat penting karena mendampingi UMKM dalam proses pengurusan legal dan keberlangsungan hidup UMKM yang tergabung di dalamnya.
Namun demikian, berlangsungnya kegiatan UMKM yang cenderung organik umumnya digerakkan oleh individu atau anggota keluarga, membuat kepakaran dalam hal pengelolaan upaya penjualan cenderung lemah. Sedikitnya anggota penggerak dalam suatu unit UMKM membuat fokus pekerjaan hanyalah pada produksi produk. Walaupun saat ini terdapat kemudahan wadah pemasaran seperti e-commerce atau kelompok-kelompok asosiasi pengusaha, rupanya upaya penjualan masih dirasa cukup sulit.
Hal ini salah satunya diakibatkan oleh tampilan kemasan produk UMKM yang kurang menarik dan belum terstandar, padahal produk itu sendiri sebenarnya sudah sangat baik, terutama kuliner. Sulitnya UMKM untuk membenahi tampilan ini tentu karena struktur organisasi UMKM yang relatif sederhana dan tidak memiliki bagian khusus untuk mengurusi soal kemasan dan promosi. Akibatnya, daya saing produk UMKM terbilang masih rendah, salah satunya yang terjadi di Kota Tangerang Selatan.
Melalui program Insentif Pengabdian Masyarakat Terintegrasi dengan MBKM Berbasis Kinerja IKU bagi Perguruan Tinggi Swasta Tahun 2022 oleh Dirjen Dikti Kemendikbud Ristek, Institut Teknologi Indonesia yang berlokasi di Kota Tangerang Selatan sebagai salah satu penerima program tersebut mendampingi para pelaku UMKM di sekitarnya untuk meningkatkan daya saing produk melalui desain kemasan dan perangkat promosi. Sejumlah 16 orang pelaku UMKM dipilih sebagai sasaran dari program ini. Dengan basis MBKM pula, sebanyak 5 orang mahasiswa pun dilibatkan untuk terjun langsung mendampingi para pelaku UMKM ini.
Baca Juga : Pendampingan dan Coaching Clinic 20 Tenant UMKM Kab. Tangerang
Kegiatan Pendampingan UMKM diawali dengan workshop, yaitu para pelaku UMKM dengan didampingi mahasiswa berpraktik langsung membuat foto produk untuk label kemasan, menimbang produk untuk dimasukkan ke dalam kemasan, hingga praktik membuat foto promosi produk. Para pelaku UMKM diberikan peralatan contoh kemasan, tripod fotografi, studio foto mini dan properti foto. Pada hari berikutnya, para mahasiswa bersama tim dosen bekerja secara intensif merancang desain kemasan berdasarkan karakter dan preferensi pelaku UMKM.
“Kami sangat senang dapat dibantu dalam program ini. Seluruh aktivitas dalam workshop ini adalah hal yang sangat kami butuhkan selama ini,” ujar Sri Liyani, pemilik usaha dodol Haji Imang.
Bagi mahasiswa, kegiatan terjun ke lapangan ini memberikan pandangan tersendiri. “Saya jadi lebih banyak berlatih public speaking. Selain itu, saya jadi mengetahui permasalahan yang dihadapi para pelaku UMKM, seperti pengemasan, bahan baku, dan menampilkan produk,” cerita Jeremia, mahasiswa prodi Teknik Kimia ITI.
“Dengan adanya peralatan dan pendampingan bersama mahasiswa, kegiatan workshop ini secara efektif membuat pelaku UMKM percaya diri dengan kemampuan yang mereka miliki,” ujar ketua pelaksana kegiatan ini, Intan Findanavy, dalam menyimpulkan penyelenggaraan kegiatan workshop.
Program pengabdian masyarakat ini masih akan berlangsung hingga para pelaku UMKM nantinya menerima kemasan yang baru dan peralatan pendukung lainnya.
Dengan bantuan ini pula, para pelaku UMKM yang dilibatkan telah siap untuk menjadi agen bagi pelaku UMKM lainnya di lingkungan mereka untuk turut membantu mereka dengan memberikan pelatihan kecil apabila dibutuhkan. Sinergitas antara para pelaku UMKM, institusi pendidikan, serta instansi pemerintahan tidak dapat dipisahkan untuk menciptakan sirkulasi ekenomi gotong royong yang selama ini kita anut.