INTERNATIONAL WORKSHOP AND TRAINING ON CIGUATERA FISH POISONING (CFP) Building Capacity for Coastal Monitoring by Local Small-scale Fishers

Institut Teknologi Indonesia > Berita Kampus > INTERNATIONAL WORKSHOP AND TRAINING ON CIGUATERA FISH POISONING (CFP) Building Capacity for Coastal Monitoring by Local Small-scale Fishers

Diseminasi Teknologi Untuk Meningkatkan Kapasitas Sumberdaya Manusia Masyarakat Pesisir Dalam Pemantauan Kondisi Lingkungan Perairan dan Pemahaman Bahaya Ciguatera Di Wilayah Pesisir Indonesia

3d2d83ae eaef 4f37 8c6f b844ee02748a 20230125 5760329952229967976
3d2d83ae eaef 4f37 8c6f b844ee02748a 20230125 115729539432623126

Senggigi, Lombok, 25 Januari 2023

Dalam rangka meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk mendukung program pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya kelautan, pesisir dan perikanan berkelanjutan, ITI bekerjasama dengan PICES (North Pacific Marine Science Organization) yang beranggotakan 6 negara di Pasifik Utara yaitu Kanada, Jepang, Republik Rakyat China, Republik Korea, Federasi Rusia dan Amerika Serikat, Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang (MAFF-Japan), Pemprov Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Universitas Mataram didukung Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Indonesia dan Universitas Padjadjaran dan berbagai pemangku kepentingan lainnya, menyelenggarakan acara :

INTERNATIONAL WORKSHOP AND TRAINING ON CIGUATERA FISH POISONING (CFP)

Building Capacity for Coastal Monitoring by Local Small-scale Fishers

IMG 20230125 WA0007Untuk “Pembangunan jaringan peringatan lokal deteksi dan dimensi manusia keracunan ikan Ciguatera di masyarakat Indonesia” atau “Building local warning networks for the detection and human dimension of Ciguatera fish poisoning in Indonesian communities”.

Workshop ini bertujuan untuk :

1. Mendiseminasikan Teknologi dan Meningkatkan Kapasitas Sumberdaya Manusia Masyarakat Pesisir Dalam Pemantauan Kondisi Lingkungan Perairan dan Pemahaman Bahaya Ciguatera di Wilayah Pesisir Indonesia dengan mengadop pengetahuan ilmiah dari PICES yang dapat diterapkan di Indonesia untuk mendukung Program Pengelolaan Sumberdaya Perikanan, Pesisir dan Kelautan,

2. Melaporan hasil penelitian Tim Ciguatera di Gilli Trawangan dan menyampaikan beberapa materi terkait dari PICES beserta materi pelatihan tentang Teknologi Pemantauan Lingkungan Perairan Hydrocolor, Fish-GIS, Planktonscope dan atau Foldscope.

3. Untuk memperkuat dukungan atas kerjasama dengan PICES dan kegiatan lainnya, dalam acara ini akan ditandatangani MoU dan Perjanjian Kerjasama dengan berbagai Lembaga dan Perguruan Tinggi

IMG 20230125 WA0008Kerjasama ini dikembangkan untuk menjawab tantangan dalam mengatasi permalasahan dalam bidang pengelolaan sumberdaya kelautan, pesisir dan perikanan dalam menghadapi perubahan iklim, pemanasan global dan perubahan lingkungan akibat meningkatnya kegiatan manusia di wilayah pesisir dan lautan.

Seperti diketahui, Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar didunia, memiliki terumbu karang terluas di dunia. Luas terumbu karang Indonesia mencapai 284,3 ribu kilometer persegi atau setara dengan 18 persen dari terumbu karang yang ada di seluruh dunia. Kekayaan terumbu karang Indonesia tidak hanya dari luasnya, tetapi juga keanekaragaman hayati di dalamnya. Keanekaragaman hayati terumbu karang sebagai potensi sumber daya laut di Indonesia juga yang tertinggi di dunia. Di dalamnya terdapat 2.500 jenis ikan, 1.500 jenis moluska, 1.500 jenis udang-udangan, dan 590 jenis karang. Namun demikian saat ini karena meningkatnya kegiatan manusia diwilayah pesisir dan adanya perubahan iklim dan pemanasan global, telah banyak mengancam kerusakan dan kematian terumbu karang yang memicu munculnya penyakit keracunan ciguatera yang disebabkan memakan ikan yang terkontaminasi ciguatoxin, yang berasal dari dinoflagelata tropis (organisme sel tunggal) yang hidup dalam mikroalga yang banyak tumbuh di karang mati. Penyakit ini secara global telah banyak ditemukan diberbagai belahan dunia, untuk itu walaupun di Indonesia belum banyak dikenal, namun sebagai negara tropis yang kaya akan terumbu karang, sangat perlu mewaspadainya. Untuk itu kerjasama penelitian tentang “Pembangunan jaringan peringatan lokal untuk deteksi dan dimensi manusia keracunan ikan Ciguatera di masyarakat Indonesia” atau “Building local warning networks for the detection and human dimension of Ciguatera fish poisoning in Indonesian communities”, sangat relevan untuk dikembangkan bekerjasama dengan berbagai lembaga terkait dan pemangku kepentingan baik ditingkat nasional maupun global.

IMG 20230125 WA0009Peserta dan udangan yang hadir dalam kegiatan Workshop dan Training ini kurang lebih 100 orang yang berasal dari PICES, ITI, BRIN, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) beserta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)nya seperti Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Pariwisata, Perguruan Tinggi (Universitas Mataram, UI, Universitas Padjadjaran), Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang, berbagai kelompok masyarakat pesisir di Gilli Matra dan Lombok, Organisasi Kemasyarakatan (Pokdarwis, Pokmawas, Lombok Ocean Community, Pemerhati Terumbu Karang, Asosiasi Hotel Tiga Gilli, Diving Club dll)

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply