GENERAL LECTURE
CREATING A PHYTOPLANKTON-FISHERY OBSERVING PROGRAM FOR SUSTAINING LOCAL COMMUNITIES IN INDONESIAN COASTAL WATERS
(Serpong, 04/07/2023), Diseminasi Teknologi Untuk Meningkatkan Kapasitas Sumberdaya Manusia Masyarakat Pesisir Dalam Pemantauan Kondisi Lingkungan Perairan Melalui Pemantauan Phytoplankton dan Sumberdaya Perikanan
Kuliah Umum dibuka Rektor ITI, Dr. Ir. Marzan Azis Iskandar, MSc, IPU, ASEAN Eng bersama perwakilan PICES dari Maine University yaitu Prof. Mark L Wells, Dr. Sasa Sofyan Munawar, S.Hut., MSi dari Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih BRIN dan Ketua Panitia Penyelengara dari ITI, Ir. Shinta Leonita, MSi dengan Moderator Prof. Suhendar I Sachoemar dari Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih BRIN dan Program Studi Teknologi Industri Pertanian dengan narasumber para ahli kelautan dari PICES yaitu Prof. Mark L Wells dari Maine University-USA, Prof. Charlie Trick dari Toronto Scarborough University-Canada, Dr. Shion Takemura dari Japan Fisheries Agency (JFA)-Japan, Dr. Naoki Tojo dari Hokkaido University, dan Arief Rachman M.Bio, Sc dari Pusat Riset Oseanografi BRIN.
Tujuan Kuliah Umum :
Tujuan Kuliah Umum yang diselenggarakan oleh ITI dan PICES yang didukung Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) beserta berbagai pemangku kepentingan lainnya adalah untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan Kapasitas Sumberdaya Manusia Dalam Bidang Ilmu Kelautan dan Teknologi Pemantauan Sumberdaya Lingkungan Perairan di Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
Peserta Kuliah Umum :
Peserta dan udangan yang hadir dalam acara Kuliah Umum ini kurang lebih 100 orang yang berasal dari PICES, ITI, BRIN dan Jajaran Pemerintahan lainnya di Wilayah Tangerang dan Provinsi Banten.
Kuliah umum ini juga diselenggarakan untuk menjawab tantangan dalam mengatasi permalasahan dalam bidang pengelolaan sumberdaya kelautan, pesisir dan perikanan dalam menghadapi perubahan iklim, pemanasan global dan perubahan lingkungan akibat meningkatnya kegiatan manusia di wilayah pesisir dan lautan.
Seperti diketahui, Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar didunia, memiliki terumbu karang terluas di dunia. Luas terumbu karang Indonesia mencapai 284,3 ribu kilometer persegi atau setara dengan 18 persen dari terumbu karang yang ada di seluruh dunia. Kekayaan terumbu karang Indonesia tidak hanya dari luasnya, tetapi juga keanekaragaman hayati di dalamnya. Keanekaragaman hayati terumbu karang sebagai potensi sumber daya laut di Indonesia juga yang tertinggi di dunia.
Di dalamnya terdapat 2.500 jenis ikan, 1.500 jenis moluska, 1.500 jenis udang-udangan, dan 590 jenis karang. Namun demikian saat ini karena meningkatnya kegiatan manusia diwilayah pesisir dan adanya perubahan iklim dan pemanasan global, telah banyak mengancam kerusakan dan kematian terumbu karang yang mengganggu kesehatan lingkungan perairan dan memicu munculnya penyakit seperti keracunan ciguatera yang disebabkan memakan ikan yang terkontaminasi ciguatoxin, yang berasal dari dinoflagelata tropis (organisme sel tunggal) yang hidup dalam mikroalga yang banyak tumbuh di karang mati.
Penyakit ini secara global telah banyak ditemukan diberbagai belahan dunia, untuk itu walaupun di Indonesia belum banyak dikenal, namun sebagai negara tropis yang kaya akan terumbu karang, sangat perlu mewaspadainya. Kuliah Umum tentang teknologi pengamatan fitoplankton dengan menggunakan planktonscope, teknologi pemantauan kondisi dan kesehatan lingkungan perairan dengan menggunakan Hydrocolor, teknologi pemantantaun dan pengelolaan sumberdaya perikanan dengan menggunakan Fish GIS, dan metodologi baru untuk penilaian sumber daya ikan sangat relevan untuk dikembangkan bekerjasama dengan berbagai lembaga terkait dan pemangku kepentingan baik ditingkat nasional maupun global. (Ir. Shinta Leonita, M.Si)