Tangerang Selatan, 20 Juni 2025 — Institut Teknologi Indonesia (ITI) sebagai kampus insinyur berperan dalam sains, rekayasa dan teknologi untuk pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). ITI menyelenggarakan General Lecture bertema “Science, Engineering, and Technology for Sustainable Development”. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 20 Juni 2025, bertempat di Aula G Kampus ITI, dan berlangsung dari pukul 14.00 hingga 16.00 WIB.
Acara ini menghadirkan narasumber utama dari organisasi rekayasa dunia, yaitu Er. TAN Seng-Chuan, President-Elect dari World Federation of Engineering Organizations (WFEO). Kuliah umum ini juga dipandu oleh moderator Dr. Ir. Heru Dewanto, M.Sc(Eng), IPU, ACPE, APEC Eng., yang merupakan Ketua Yayasan Institut Teknologi Indonesia.
Dalam sambutan pembukanya, Rektor ITI Prof. Dr. Ir. Syopiansyah Jaya Putra, ST., M.Sis., IPU, ASEAN Eng. menekankan bahwa institusi pendidikan tinggi memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk generasi masa depan yang peka terhadap isu-isu lingkungan dan sosial. “Kampus tidak hanya menjadi tempat belajar teori, tetapi juga ruang untuk membangun solusi nyata bagi permasalahan dunia melalui pendekatan sains, rekayasa, dan teknologi,” tegasnya.
Sesi pembuka oleh moderator, Dr. Heru Dewanto, menyampaikan konteks pentingnya evolusi teknologi dalam kehidupan masyarakat. Ia menjelaskan perkembangan dunia teknik dan rekayasa dari era Society 1.0 hingga Society 5.0, yang menggambarkan bagaimana peran rekayasa terus berkembang seiring kompleksitas tantangan global. “SDGs bukan hanya proyek sosial, tapi proyek rekayasa. Mahasiswa teknik adalah aktor utama untuk mencapainya,” ujar Dr. Heru.
Dalam kuliah utamanya, Er. TAN Seng-Chuan menekankan pada “Generation of Engineering and Sustainability Development”. Ia menyampaikan bahwa keberlanjutan adalah tema utama dalam era modern, dan para insinyur harus menjadi arsitek masa depan yang tidak hanya memikirkan inovasi, tetapi juga dampaknya terhadap lingkungan dan kehidupan sosial.
Ia menegaskan bahwa sains, teknik, dan teknologi merupakan elemen yang tidak terpisahkan dalam membangun masa depan yang berkelanjutan. Dengan landasan pemikiran yang kuat dari bidang ilmu pengetahuan, para insinyur mampu merancang solusi nyata bagi tantangan global seperti krisis iklim, keterbatasan sumber daya, dan ketimpangan akses terhadap teknologi.
Dalam paparan Er. Tan, dijelaskan bahwa pendekatan interdisipliner menjadi kunci. Ia menekankan bahwa pembangunan berkelanjutan menuntut kontribusi dari berbagai bidang ilmu—mulai dari penelitian lingkungan, pengembangan teknologi hijau, hingga penerapan sistem energi terbarukan.
Sains, Rekayasa dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan
Tiga Pilar Utama Pembangunan Berkelanjutan yang dibahas adalah:
-
Ilmu Pengetahuan (Science)
Ilmu pengetahuan membantu memahami fenomena alam dan sosial yang kompleks. Riset dalam bidang kesehatan, lingkungan, dan sumber daya alam sangat diperlukan untuk mengembangkan solusi berbasis data dan berkelanjutan. -
Rekayasa (Engineering)
Rekayasa berperan penting dalam merancang dan membangun infrastruktur ramah lingkungan seperti sistem energi terbarukan, teknik pengelolaan limbah, dan bangunan hijau. Keahlian teknik juga berkontribusi dalam menyusun sistem transportasi dan tata kota yang lebih efisien. -
Teknologi (Technology)
Inovasi teknologi, terutama dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), menjadi penggerak efisiensi. Teknologi juga dimanfaatkan untuk memantau kondisi lingkungan, mengelola data, dan membantu masyarakat dalam mengakses layanan secara lebih adil.
Tantangan yang Dihadapi
Kegiatan ini juga menyoroti berbagai tantangan besar yang sedang dihadapi dunia saat ini, seperti:
-
Perubahan Iklim: Dampak dari aktivitas manusia yang mengakibatkan pemanasan global, kenaikan permukaan laut, dan bencana alam semakin intens.
-
Ketimpangan Akses Teknologi: Masih banyak wilayah, terutama di negara berkembang, yang belum memiliki akses memadai terhadap teknologi dan sumber daya.
-
Keterbatasan Sumber Daya Alam: Penggunaan sumber daya secara berlebihan menimbulkan ancaman terhadap keberlangsungan ekosistem.
Solusi dan Inovasi yang Ditawarkan
Untuk menjawab tantangan tersebut, dibutuhkan pendekatan inovatif seperti:
-
Pengembangan Energi Terbarukan, termasuk tenaga surya, angin, dan biomassa sebagai alternatif bahan bakar fosil.
-
Teknologi Hijau, yaitu penerapan proses industri dan konstruksi yang mengurangi emisi karbon serta limbah berbahaya.
-
Pendidikan Keberlanjutan, yaitu peningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat luas tentang pentingnya menjaga lingkungan dan berperilaku ramah lingkungan.
Kesimpulan dan Harapan
General Lecture ini menjadi wadah yang sangat penting bagi sivitas akademika ITI untuk memperluas wawasan tentang peran strategis bidang teknik dalam pembangunan berkelanjutan. Dengan pengetahuan dan semangat kolaboratif, mahasiswa dan dosen diharapkan dapat menjadi agen perubahan dalam menjawab tantangan global.
Kolaborasi antara pemerintah, sektor industri, akademisi, dan masyarakat sipil sangat dibutuhkan untuk menciptakan solusi yang efektif dan berdampak. ITI, sebagai institusi pendidikan tinggi teknik, berkomitmen untuk terus mengembangkan program pendidikan dan riset yang mendukung prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Kegiatan ini menegaskan bahwa masa depan dunia ada di tangan para insinyur muda—mereka yang mampu menggabungkan pemikiran ilmiah, keahlian teknis, dan kepedulian sosial untuk membangun dunia yang lebih baik.
—
Kunjungi laman pmb.iti.ac.id untuk informasi detail program dan pendaftaran kuliah di kampus para insinyur